Hanya saja program ini bisa juga berdampak ekonomi masyarakat dan melestarikan sumber air baku. Caranya:
- Kalau mengunakan sabun yang sekarang banyak kita dapatkan, itu mengandung berbagai bahan kimia, petroleum dan lain-lain yang tidak ramah lingkungan. Dibuat oleh industri besar dimana rakyat diposisikan sebagai konsumen saja.
- Kalau kita mau mendorong industri kecil pembuatan sabun alami sangat bagus sekali, pembuatan pun sangat sederhana minyak kelapa/sawit/jagung + NaOH, diberi pewarna alami (bubuk kakao warna coklat, wortel merah, kunyit kuning), wangi alami (melati, sirih, cengkeh, teh, dlsb). Dibuat di rumah saja/PKK. Ini tidak mencemarkan sumber air baku kita.
- Dan jangan lupa pasar dunia untuk personal care ini US$ 120 milyar (2002), ini raksasanya: P&G US$ 17,9 milyar. Unilever US$ 12,1 milyar. Sebagian tentunya diperoleh dari pasar Indonesia (250 juta) yang mereka kuasai.
- Ini resep sabun natural yang mudah dibuat, teknologi sangat kuno: minyak/lemak + alkali = saponifikasi (silakan googling):
- 250 g Minyak Sawit
- 140 g Minyak Kelapa
- 100 g Minyak Jagung
- 75.5 g NaOH – Natrium hidroksida + 210 g Air (hati-hati penanganannya 'caustic', pake sarung tangan + google).
- 10 cc fragrance (alami) + pewarna (alami)
- Cetak, diamkan 24 jam, potong-potong, diamkan kembali 4 minggu (untuk buang alkalinya). Bungkus dengan kertas recycle, simpan, pakai atau jual.
Kalau tidak salah kerjasama IDI dengan Lifebouy. Siapa tahu nanti kerjasamanya IDI dengan Induk Koperasi Desa Sehat.
Saya berencana mencobanya, tentu sedikit diferensiasi dengan menambahkan betaglukan (dari yeast yang sudah dilakukan rekayasa genetik, kemudian difermentasi dan dipanen, alat/keahlian-nya banyak di Indonesia, sementara beli dulu yang sudah jadi). Khasiat: imunomodulator, antiinfeksi. Kalau buatan luar negeri sampo 200 cc dengan betaglukan harganya sekitar US$ 9 (Rp 80 ribuan). Kalau berhasil buat sabun alami, nanti saya bisa ikut dagang hari jumat di milis fk-unpad ini sambil mempopulerkan program cuci tangan.
Pesan moralnya:
Setiap program kesehatan coba cari peluang bisnisnya untuk rakyat. Kalau tidak kita jadi konsumen terus-terusan yang makin miskin dan cuma nantinya bermental pengemis. Minta bantuan sana-sini.
No comments:
Post a Comment