Infeksi Nosokomial atau HAIInfeksi yang didapat dari perawatan atau HAI (Health-care Associated Infection), disebut juga infeksi nosokomial (asal kata Yunani = “di rumah sakit”) . Walaupun beberapa kejadian tidak menyebabkan kematian, namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama, akibatnya pasien membayar lebih mahal. Mutu pelayanan di Rumah Sakit dapat terpengaruh karena pasien bertambah sakit akibat infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh selama dalam perawatan di rumah sakit yaitu infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 48 jam pasien berada di rumah sakit baru.
Mengapa terjadi di rumah sakit?Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non medis.
Cara transmisi mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, dan dengan kontak langsung. Di Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya, infeksi dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas, dari petugas ke petugas, dari petugas ke pasien dan antar petugas.
Seberapa sering terjadi HAI?Dari seminar yang diselenggarakan Depkes baru-baru ini terungkap, infeksi nosokomial di rumah sakit mencapai 9% (variasi 3 – 21 %) atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Infeksi rumah sakit terus meningkat (AI Varado 2000). Tingkat infeksi nosokomial berkisar dari 1% di beberapa negara Eropa dan Amerika sampai 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika Sub-Sahara (Lync dkk 1997).
Sebagai gambaran besarnya masalah, dapatlah dilihat data di bawah ini :
- Angka kejadiannya adalah 6% dari semua penderita yang dirawat di rumah sakit di Amerika.
- Biaya tambahan yang diperlukan adalah $ 1800 setiap harinya.
- Empat hari adalah rata-rata tambahan hari perawatan bagi penderita yang mengalami infeksi nosokomial.
- Angka kematian infeksi nosokomial sebagai penyebab langsung adalah 20.000 orang pertahunnya dan 60.000 orang meninggal, dengan infeksi nosokomial sebagai penyebab penyerta.
Flu burung, bioterorism, MRSA, ancaman penyakit infeksi yang mengerikan
Tidak dapat dipungkiri akhir-akhir ini berbagai penyakit infeksi cukup mengancam masyarakat dan juga cukup meresahkan. Berbagai jenis infeksi yang mengerikan seperti berbagai jenis infeksi yang baru diketahui misalnya infeksi Flu burung, HIV / AIDS, Ebola, SARS dan infeksi lama yang semakin virulen, misalnya tuberkulosis yang resisten terhadap pengobatan.
Ancaman bioterorism dengan kemungkinan melepas berbagai mikroba antraks, cacar, pes, ebola dan berbagai kuman yang mengerikan memerlukan kesiapan (preparedness).
Salah satu jenis infeksi nosokomial yang saat ini berbahaya dan mulai banyak menyerang adalah MRSA (meticillin-resistant Staphylococcus aureus)/superbugs. Di Amerika Serikat sendiri hampir 2,3 juta orang di AS kemungkinan besar menjadi carrier MRSA tanpa menimbulkan gejala dan tanda-tanda sakit. US Control for Infection and Diseases, sendiri memperkirakan hampir 90.000 kasus MRSA menyebabkan infeksi serius dan 17.000 menyebabkan kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat.
Di Indonesia sendiri belum ada data yang pasti tentang kasus MRSA di RS di Indonesia. Sementara di literatur lain menjelaskan, kuman yang resisten terhadap antibiotika semakin lama semakin banyak. Diantara isolat yang diteliti Lab. Mikrobiologi Klinik FKUI ditemukan bahwa MRSA (Methycillin Resistant Staphylococcus Aureus) dari tahun ke tahun selalu meningkat (Warsa, 2004).
Kebijakan Pemerintah
Telah ada Keputusan Menteri Kesehatan No. 270/Menkes/III/2007 mengenai pedoman Manajerial PPI di rumah sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya dan Keputusan Menkes No. 381/Menkes/III/2007 mengenai Pedoman PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya. Hal itu menunjukkan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk menjalankan program pencegahan dan pengendalian infeksi.
Untuk menjamin keamanan dan keselamatan pasien di rumah sakit, Departemen Kesehatan RI meluncurkan program NICE (No Infection Campaign and Education). Depkes juga telah menetapkan 5 rumah sakit sebagai pusat pelatihan regional pencegahan dan pengendalian infeksi yaitu RSUP H. Adam Malik Medan, RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, RSUP Sanglah, Denpasar.
Departemen Kesehatan telah memiliki kebijakan nasional dengan diterbitkannya Selain itu, pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan salah satu unsur dari Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang selanjutnya akan dimasukkan dalam persyaratan akreditasi tingkat dasar enam pelayanan rumah sakit,
Salah satu pilar menuju patient safety adalah merevitalisasi program pencegahan dan pengendalian Infeksi di RS (PPI RS). Melalui program ini, diharapkan infeksi nosokomial (infeksi yang didapat dan atau timbul pada waktu pasien dirawat di rumah sakit) dapat ditekan serendah mungkin, sehingga masyarakat dapat menerima pelayanan kesehatan secara optimal.
Cara pencegahan dan pengendalian
Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam metode Universal Precautions atau dalam bahasa Indonesia Kewaspadan Universal ( KU ). Dasar KU adalah cuci tangan secara benar, penggunaan alat pelindung, desinfeksi dan mencegah tusukan alat tajam, dalam upaya mencegah transmisi mikroorganisme melalui darah dan cairan tubuh.
Strategi inti meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam KU adalah dengan pelatihan KU merupakan langkah strategis dalam peningkatan kemampuan petugas / SDM.
Mungkinkah kita menciptakan udara ruang 100% steril?
Apakah bisa udara ruangan 100% bebas kuman? Dengan teknologi sekarang misalnya dengan HEPA filter tidak semua dapat dihilangkan & tersaring, virus yang dibawah 0,1 mikron dapat lolos (ukuran virus berkisar antara 20 – 400 nanometer/ 0.02 – 0.4 mikron).
Terciptanya ruang yang 100% bebas kuman selalu menjadi dambaan semua pihak yang bekerja dengan situasi tekanan berat akibat infeksi. Kualitas udara makin menurun dan sebelumnya belum ada satu teknologi yang dapat mengatasi hal ini.
Kondisi pasien yang dalam keadaan status imunologi menurun misalnya transplantasi, luka bakar luas, HIV/AIDS, dalam radioterapi/kemoterapi, pasien flu burung, SARS, anthrax, tbc dan banyak lagi kondisi pasien yang memerlukan ruang isolasi yang ideal yang 100% bebas kuman selain ruang operasi, ruang sterilisasi, laboratorium dengan Biosafety level/BSL-3. Saat ini, kondisi udara 100% bebas kuman telah menjadi kenyataan, teknologi inovasi berupa alat yang dikenal sebagai Virobuster Steritent.
Teknologi inovatif Virobuster Steritent
Berupa suatu sistem modular pintar (smart modular systems) yang akan mematikan semua mikroba dengan sekali lewat melalui suatu tabung Virobuster. Aliran udara dan semua hal (baik internal maupun eksternal) dikontrol oleh microchips canggih.
Peralatan tersebut sangat mudah dipasang, sederhana dan dioperasikan semudah kita mengoperasikan AC, dengan metode plug & play. Aman untuk manusia, hewan dan lingkungan.
Udara yang mengalir melalui tabung Virobuster bilamana mengandung mikroba (mengandung DNA atau RNA) akan disinari dengan sinar ultraviolet (UVC, germicidal) dengan intensitas dan waktu tertentu sehingga terjadi cross-linked pada DNA atau RNA mikroba tersebut dan akibatnya mikroba 100% mati, efektif untuk semua mikroba: fungi, bakteria, virus. Semua hal ini diatur/dikontrol oleh microchips canggih yang ditanam dalam sistem tersebut.
Hanya membutuhkan tenaga listrik yang kecil, dapat dipindah-pindahkan, dikemas dalam 2 buah koper yang kokoh. Teknologi dasarnya dikenal sebagai UVGI (Ultraviolet Germicidal Irradiation). Terdiri atas sebuah tenda dan 1 atau 2 buah Virobuster, satu sistem ini disebut Virobuster Steritent.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, Virobuster Steritent akan hadir di Indonesia, semoga dapat membantu menyelesaikan masalah besar yang dihadapi rumah sakit dalam upaya mendapatkan ruang bebas mikroba 100% untuk kepentingan perawatan berbagai pasien yang membutuhkannya. Semoga.
..........
* Disarikan dari berbagai tulisan dan product information Virobuster Steritent